Tersirat sebuah pesan "Di hari tuaku, aku ingin bersama mu nak"

Es teh manis yg ku beli hanya tersisa beberapa batu es saja, maklum karena sudah hampir tiga puluh menit aku duduk di samping agrimart 2. Aku asik dengan smartphone sambil mendownload beberapa lagu dan video. "Eh lu udah bimbingan blm?" Tanya anak laki-laki berbadan besar dan berkulit putih pada salah satu temennya yg duduk di ujung kursi. "Blm, gmn caranya bimbingan? Gue blm nih" jawabnya. Ternyata 2 anak ini baru semester 3.

Tiba-tiba seorang ibu tua berkulit putih, mengenkan batik, berjilbab biru tua, dan membawa tas tenteng berwarna coklat khas ibu-ibu menghampiri ku "boleh duduk di sini nak?" Tanya ibu itu. "Boleh bu, silahkan" sahut ku. "Namanya siapa?" Ibu itu mencoba memulai obrolan. "Saya rahma bu" Aku sedikit ragu untuk meladeni ibu ini, ya karna aku masih terbayang cerita ttg mahasiswa yg dihipnotis kemudian hp, leptop, dan dompetnya diambil. Tapi aku mencoba husnuzdon. Ibu itu bertanya padaku jurusan, asal, dan kos dmn. Kemudian ibu tua bercerita bahwa dia tinggal di perumdos sendirian. "Suami saya sudah meninggal, anak saya sudah berkeluarga dan ikut bersama suaminya. Saya baru dari jembatan merah naik angkot berhenti di perempatan jalan di depan." Mata beliau sudah berkaca-kaca. "Ibu naik angkot sendiri? Ngpain ke jembatan merah?" Aku mulai penasaran. "Iya nak sendiri. Ibu boring di rumah terus sendirian gk ada teman. Ibu minta anter tapi kata anak ibu supirnya baru bisa besok. Padahal kan ibu pengen jalan-jalan. Makanya ibu nekat naik angkot walaupun sendiri." Air mata ibu tua ini mulai menetes. Kulitnya yg sudah keriput, rambut beruban beberapa keluar dr jilbab biru yg beliau kenakan. Suaminya dulu guru besar, suami dr anaknya adalah dosen di salah satu fakultas, anaknya sendiri kerja. Anaknya yg lain ada di luar kota, bahkan ada yg di Prancis. "Kenapa ibu tidak tinggal saja bersama anak ibu yg ada di Bogor?" Tanya ku lg. " ibu gk mau karena mereka semua bekerja dan pulangnya malam. Kadang-kadang kalau liburan ibu dijemput supir untuk ke rumah mereka kemudian sore diantar lg pulang. Rasanya ibu gk mau diantar pulang, ibu ingin bersama mereka. Ibu cape sendirian" ibu itu mengusap air mata di pipinya.

Beliau membuka tas coklat yg dibawanya. Dicarinya kunci rumah, hampir beberapa isi tasnya dikeluarkan. Beliau memberi ku kue yang dibeli ketika dr pasar. Aku mencoba menolak tapi ibu itu memaksa ku untuk menerimanya. Pertemuan kami terpaksa berhenti saat ibu ini bertemu ibu yg sepertimya adalah temannya dan ibu ini diajak untuk pulang bersamanya.

Sebuah pelajaran berharga yg ku dapat dari hari ini. Sesukses apapun sang buah hati, kebersamaan bersama orang tua tidak dapat ditukarkan dg kemewahan, uang, fasilitas, dll yg diberikan kepada ayah dan ibu di hari tuanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hijrah itu Bukan hanya tentang Pakaian

Terperangkap dalam Indahnya Nafsu

MUIS KECIL YANG KUAT